Sabtu, 11 Desember 2010

Karena Dia, Kami Kehilangannya


Karena Dia, Kami Kehilangannya
Oleh : Delicya Danella
            Gue seneng banget udah lulus SMP dan masuk SMA favorit. Karena nem gue yang cukup, akhirnya impian gue untuk masuk SMA 77 ini terkabul. Anak – anak di sekolah ini memiliki nem yg cukup tinggi. Rata – rata nem-nya mencapai 30.00 keatas. Aduh gue punya saingan yang cukup berat nih di sekolah ini.
          Pertama kali gue masuk kelas baru, gue ngak kenal siapa-siapa. Di kelas, hanya ada beberapa orang. Gue mau duduk bersama satu orang cewek yang memiliki tampang nyeremin. Dia duduk sendiri. Gue mau nemenin dia. Tapi, gue takut. Gue sampai merinding mau duduk didekatnya. Terpikir oleh gue untuk duduk sendiri, tapi gue tidak suka duduk sendiri, nanti gue nggak ada teman ngobrol. Dengan sedikit berani gue bertanya kepada dia
                “Boleh gue duduk disini?”
Hening .. tidak ada jawaban dari cewek misterius itu . Cewek ini bisu kali ya?  Pikir gue dalam hati. Gue mulai putus asa. Terpaksa gue harus duduk sendiri. Gue melaju ke tempat duduk yang masih kosong. Tepat dibelakang cewek itu gue duduk. Mungkin aja gue bisa ngobrol juga sama dia walaupun tidak duduk sebangku.
                Sambil nunggu bel masuk, datang dua cowok kembar. Mereka kembar banget. Hampir tidak dapat dibedakan lagi mereka. Tapi mereka mempunyai perbedaan. Yang satunya memakai pakaian rapi sekali, tapi yang satunya memakai pakaian dengan baju hampir dikeluarin. Beda sekali sifat si kembar itu. Mereka melaju kearah gue. Aduh harus tampil perfect ni didepan mereka batin gue sambil membenarkan pakaian gue yang masih rapi. Siapa tau aja salah satu dari mereka mau duduk bareng gue harap gue. Ternyata dugaan gue salah! Mereka duduk paling belakang. Terdengar suara cewek dengan ramah mengagetkan gue.
                “Gue boleh duduk disini?” tanya cewek itu. Wow cewek itu cantik banget. Pasti banyak cowok yang naksir dia.
                “Boleh” jawab gue ramah.
                Ternyata cewek itu termasuk orang berkecukupan. Sudah terbukti dari handphonenya yang bermerek I-Phone. Walau dia kaya, dia tetap ramah.
                “Nama lo siapa?” tanya gue manis.
                “Effie Lark Sanjaya, panggil gue Effie aja” jawabnya ramah.
                “Kenalin, nama gue Evicya Salina Putri, panggil gue Icya aja” bales gue sambil mengulurkan tangan.
                “Seneng bisa kenalan ama lo” ujarnya dengan senyum manis dan uluran tangan darinya. Rasanya gue beruntung banget bisa temanan dengan Effie.
***
                Sudah hampir sebulan gue sekolah disini. Gue makin dekat dengan Effie. Walaupun jenjang kami jauh, tapi dia nggak memperdulikan hal itu. Untungnya orang tua Effie juga nggak melarang pertemanan gue ama Effie.
                Suatu hari, Ibu Rosmina ,guru sejarah, memberikan tugas kelompok. Kelompoknya ditentuin oleh Ibu Rosmina. Gue bekelompok sama si cowok kembar , Rich dan Rick, Effie, dan si cewek misterius , Lauretta. Pertama gue ngak setuju kalo ada Lauretta, tapi udah ditentuin, ngak mungkin gue tolak.
                Dari tugas kelompok ini membawa berkah buat gue. Kami jadi lebih mengenal satu sama lain. Sekarang gue tahu kenapa Lauretta selalu diam. Gue juga tau gimana kelakuan Rich dan Rick kalau di rumah. Tugas kelompok ini membuat kami dekat dan lama kelamaan kami menjadi sahabat. Ke kantin selalu bareng, ngerjain PR selalu bareng, pulang sekolah selalu bareng, semuanya kita lakukan bersama.
                Banyak yang menentang persahabatan kami. Termasuk Britanny. Britanny tidak suka kami dekat dengan Rich dan Rick. Britanny adalah salah satu fans dari sikembar ganteng itu. Dia nggak rela banget kalau gue, Effie, dan Lauretta sering jalan bareng mereka. Britanny dan teman-temannya ingin sekali menghancurkan persahabatan kami. Hampir saja persahabatan kami rusak karena mereka. Tapi kami selalu saling percaya.
***
                “NGGAAKKK…!!!!” teriak gue terbangun dari tidur gue. Ah ternyata cuma mimpi. Semoga aja mimpi gue nggak jadi beneran.
                Pagi ini gue ke rumah Effie. Gue pergi ke rumahnya bareng Lauretta. Di rumah Effie, gue certain mimpi gue. Lauretta pun merasakan hal yang sama dengan gue. Dia merasa akan terjadi kejadian yang akan meregut nyawa seseorang. Saat itu, Lauretta yang sedang menulis tidak sengaja menjatuhkan mp3 pemberian Rich saat ultahnya. Dia merasakan ada hal aneh yang akan terjadi terhadap Rich. Semoga aja hal itu tidak akan terjadi.
***
                Liburan semester akan datang. Lauretta mengajak gue, Effie, Rich dan Rick untuk liburan di Villanya. Kami semua setuju. Lumayan buat ngisi liburan, biar nggak bosen.
                “Oke, semuanya udah siap” dengan girangnya gue taruh perlengkapan gue ke mobil Rich
“Kita berangkat” seru Rick.
Sebelum pergi, kami sudah membuat persepakatan untuk menaiki mobil Lauretta, saat pulang nanti, kami akan menaiki mobil Rich. Di perjalanan, kami bercanda, tertawa dan bernyanyi. Sampai akhirnya kami tertidur kecuali Rich karena dia yang menyetir mobil.
“Woy, bangun! Dah nyampe ni!” teriak Rich membangunkan kami.
“Wow, gede banget Villanya. Tapi ada hantunya nggak?” tanya gue penasaran.
“Ada-ada aja lo cya! Kalau ada hantu, tenang aja, ada pangeran Rick disini” seru Rick sambil menepuk dadanya.
“Alah, lo ditinggalin sendiri aja dah manggil-manggil nama mama” aku Rich sembari menonjok lengan Rick dengan pelan.
“Jangan buka kedok gue disini dong Rich! Malu ni” renggek Rick.
Gue, Effie, dan Lauretta cuma bisa ketawa melihat sikembar bertengkar.
Villa Lauretta memang besar, tapi cukup nyeremin juga. Saat gue berjalan mengelilingi villanya, gue terpaku melihat foto keluarga Lauretta di ruang tamu. Disana ada foto Britanny. Ada hubungan apa Lauretta dengan Britanny? Piker gue dalam hati. Saat ngumpul-ngumpul, gue tanya hal ini ke Lauretta.
“Ta, lo punya hubungan apa sama Britanny?” tanya gue takut.
Tampaknya Lauretta tersentak mendengar apa yang gue tanyakan.
“Oh, gue sama Britanny saudara tiri” jawabnya santai
“Hah? Tapi kenapa elo benci dia?” sambar Effie tiba-tiba.
“Kalian tau kalau orang tua gue ceraikan?” tanya Lauretta
“Tau, tapi lo ngak pernah cerita kenapa ortu lo cerai” jelas Rick
“Penyebab ibu dan ayah gue cerai karena ayah gue selingkuh dan selingkuhannya melahirkan anak. Britanny adalah anak selingkuhan ayah gue. Makanya gue benci banget sama Britanny.” cerita Lauretta sambil menahan tangis.
Di halaman Villa, muncul mobil Britanny. Britanny kaget mengapa ada mobil Lauretta dan Rich disana. Dia sudah menebak pasti mereka liburan disini. Britanny segera masuk untuk memeriksa apakah benar dugaannya. Ternyata dugaannya benar.
“Kenapa pada disini? Ini Villa gue! Keluar kalian!” bentak Britanny tiba-tiba. Kami menoleh kearah suara tersebut. Dengan santai Lauretta menjawab
“Kenapa gue harus keluar? Ini juga Villa gue! Gue yang lebih berhak daripada lo!”
“Asal lo tau ya, omma udah kasih ini Villa ke bokap gue. Berarti ini punya keluarga gue!”
“Dan asal lo tau juga, omma adalah ibu dari ibu gue!” potong Lauretta.
Terjadi adu mulut antara Britanny dan Lauretta. Britanny yang nggak mau berdebat lagi, keluar dan segera pulang.
***
Liburan di Villa Lauretta sangat menyenangkan. Hari ini kami pulang ke Jakarta. Sekarang kami akan menaiki mobil Rich sesuai persepakatan kami tempo hari. Karena tidak ada yang membawa mobil Lauretta, Rich pun membawanya sendirian. Yang lainnya menaiki mobil Rich dan Rick yang menyetirnya. Gue merasakan hal yang aneh akan terjadi, tapi gue hilangkan prasangka buruk itu.
Di perjalanan, kami benyanyi dan bercanda untuk menghilangkan rasa jenuh didalam mobil. Tiba-tiba terdengar lantunan bunyi telepon
“Hallo?” angkat Effie
“Maaf, apakah ini yang bernama Effie?” tanya seseorang diujung telepon.
“Iya , ini saya Effie. Ini siapa ya?”
“Saya hanya ingin memberitahu bahwa teman anda bernama Rich mengalami kecelakaan dan sekarang sedang dibawa ke rumah sakit terdekat.” jawab orang disebrang sana.
“APAA?” kaget Effie
“Ada apa Fie?” tanya gue panik. Jangan-jangan apa yang gue khawatirkan selama ini benar.
“Baik, terima kasih pak atas informasinya.” Jawab Effie lalu menutup teleponnya.
“Kita harus segera ke rumah sakit Sumber Mulia sekarang! Rich mengalami kecelakaan!” seru Effie panik yang segera memerintah Rick untuk menyetir lebih cepat.
Mimpi gue jadi kenyataan! Ini nggak mungkin. Rich pasti hanya kecelakaan biasa, nggak mungkin Rich harus pergi meninggalkan kami. Dengan cepat kami telah sampai di rumah sakit. Di rumah sakit, sudah ada mama dan papanya Rich.
“Gimana keadaan Rich ma?” tanya Rick panik.
“Lagi diperiksa Rick, kau tenang ya.” Papanya menenangkan.
Beberapa menit kemudian, dokter keluar ruangan. Dengan cepat kami menanyakan keadaan Rich.
“Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, karena luka yang cukup parah, Rich tidak dapat sadar.” jelas dokter.
“Tapi Rich masih hidupkan?” tanya gue tiba-tiba.
“Masih, hanya saja dia lemah sekali dan sedang mengalami koma.”
***
                Gue, Effie, dan Lauretta sedang berkumpul dan merundingkan hal maut yang terjadi pada Rich.
“Padahal mobil gue pas pergi nggak kenapa-napa , tapi…” heran Lauretta.
“Iya. Atau jangan-jangan ada hubungannya dengan Britanny saat dia datang ke Villa tempo hari.” duga Effie
“Maybe. Tapi apa maksud dia melakukan hal itu?” tambah gue.
“Memang benar gue yang merusak mobil lo Ta!” jelas Britanny yang tiba-tiba muncul di lorong rumah sakit.
“Kenapa?” Effie marah dan mendorong Britanny.
“Karena gue kesel ama Lauretta. Dia yang selalu dibanggakan di sekolah maupun dikeluarga gue! Gue mau elo yang mati Ta! Tapi malah Rich yang kena! Jadi ini salah lo!” maki Britanny
“Kenapa gue yang salah? Jelas-jelas elo yang bikin mobil gue rusak dan menyebabkan kecelakaan ini!” marah Lauretta sambil mencengkram kerah kaos Britanny dan siap menghajarnya.
“Sudah-sudah! Ini rumah sakit. Jangan rebut disini.” lerai Rick yang tiba-tiba muncul.
“Lebih baik elo minta maaf ke Rich sekarang!” mintanya kepada Britanny.
Tiba-tiba Rick mendapat telepon lalu bergegas pergi. Kami binggung. Kami mengikuti Rick yang sudah pasti ke kamar Rich. Sesampai disana, mama Rick berlari dan segera memeluk Rick sembari menangis.
“Ada apa ma?” tanya Rick panik.
“Rich sayang” ujar mamanya sambil menangis.
“Rich kenapa ma?” tanya Rick semakin panik.
“Rich meninggal Rick, Rich meninggal” jelas mama Rick diiringi tangisan.
***
Sudah dua tahun berlalu setelah kepergian Rich. Gue, Effie, Lauretta dan Rick berencana melihat makamnya Rich di Bogor. Setelah kepergian Rich, Britanny terbang ke Australia untuk menjalankan studynya. Sesampainya di makam Rich, kami berdoa dan mulai merapikan makamnya.
“Rich, sepi banget kalau nggak ada lo.” kata Rick memulai obrolan.
“Gue kangen denger candaan jayus lo.” tambah Effie sembari membuang ranting-ranting diatas makannya.
“Gue pengen denger lo nyanyi lagi sambil main gitar, Rich” ujar gue lalu menabur bunga diatas makamnya.
“Kalau nyanyi sambil main gitar mah minta gue aja cya, nggak usah repot-repot minta Rich.” tawar Rick.
“Tapi masih bagusan suara Rich dari pada lo.” cetus Lauretta.
“Rich, ini tahun terakhir kami sekolah di SMA, Icya akan pergi ke Surabaya ngebantuin mamanya jaga toko, Lauretta akan kuliah di Binus dan kembaran lo bakalan kuliah di UI, sedangkan gue bakalan pindah ke Amrik untuk study. Lo doain kita ya supaya sukses dan bisa bersama lagi walaupun jarak yang menghalangi” tutur Effie memohon.
                Desiran angin yang berhembus bertandakan Rich akan selalu bersama kami dimana pun kami berada. Itulah keeratan persahabatan kami yang nggak bisa dihancurkan.

*Selesai *

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grants For Single Moms